Laskar (Pembentuk) Pelangi
19.52. Aula
perlahan tersentak. Inspirator kelas kakap, penyulut semangat, menyebut
dirinya pemimpi, tiba jualah. Tidak seperti sesi lainnya, tidak kalah
menginspirasi memang, nama Ridwan Kamil, Marty Natalegawa dan
tokoh-tokoh lainnya memang harum, begitu luar biasa. Tapi tidak kali
ini, aku mengambil tempat duduk terbaik, tempat duduk terdepan. Malam
pada sesi terakhir, inilah waktuku.
Aku merasakan aura positif yang luar biasa, pemikiran yang anti-mainstream,
disertai kombinasi kecerdasan intelektual dan emosional. Aku mengamati
ceritanya, bahwa ia memilih berhenti dari posisi manajer dari sebuah
BUMN terdepan di negeri ini. Mengapa demikian?
The way poor people think can only be understood by poor people. Yang paling dibutuhkan oleh poor people adalah inspirasi. Karena itu jadilah seorang inspirator. — AH
Inspirasi.
Iya, inspirasi. Ia memilih jalan tidak populer, membiarkan dirinya
tenggelam. Menghibahkan hidupnya demi orang lain, menjadi penabuh
genderang, menginspirasi.
Setiap
perkataan yang begitu menghanyutkan, setiap perkataan kala itu
benar-benar membakar semangat. Bahkan sekedar sorot mana dan tatapan ia
adalah asupan energi yang amat besar, bagaimana mungkin, bagaimana bisa?
Orang yang jenius adalah orang yang punya pendiriannya sendiri, orang yang tetap bisa berada di dalam sistem dan memiliki pohon-pohon rencananya sendiri. — AH
Nasib
manusia tergantung seluas apa pikirannya. Apabila ia mampu memikirkan,
apabila ia mampu menggambarkan, maka jadilah. Ia kembali bercerita bahwa
setiap insan adalah unik, maka jadilah orang unik yang nanti menebar
manfaat. Setiap manusia diberikan tanggung jawab yang amat besar,
menjadi bagian dari kebaikan, atau sebaliknya.
Produk Mimpi
Salah seorang teman kemudian berdiri, mengangkat tangannya, dengan keberanian yang teguh ia berkata
Aku adalah produk mimpi dari kamu. Membaca karyamu adalah sesuatu yang menghipnotis aku sehingga bisa berada di sini.
Teduh
sekali, andai semua orang di aula itu diberikan kesempatan, ku yakin
ada banyak pula yang berkata seperti itu. Jadi semuanya memang nyata. Kita adalah hasil dari apa yang kita pikirkan.
Adrea Hirata
Maka
kali ini izinkan aku bercerita. Hampir lima kali rasanya aku mengangkat
tangan, mencoba menjawab semua pertanyaannya, namun nihil.
Pertanyaan ke-enam. Setelah hampir separuh peserta kehabisan ide untuk menjawab pertanyaan,
Bagaimana membuat sebuah tulisan yang diterima masyarakat Indonesia? — AH
Kali ini giliran aku tiba. Aku menjawab,
Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan untuk menonton, oleh karena itu tulislah sesuatu yang membuat mereka seolah-olah menonton. -AEA
Ia kemudian tersenyum kepadaku, terlihat amat teramat puas. Spontan mengangkat tangan, kemudian memberikan hi five, tos.
Cerdas.
Aku
tidak bisa lagi menggambarkan betapa bahagianya malam itu. Maka seluruh
kesombongan aku, semoga diruntuhkan. Maka semoga seluruh energi
negatif, dilenyapkan. Maka semoga ketiadaan dan kepayahan, dihapuskan.
Maka aku berjanji, aku akan meniru semangatnya, menebar kelak ke pelosok negeri ini, bahwasanya mengubah nasib adalah pilihan.
Closure
You should believe you are somebody and you will do something big.
Yes, I do.
Yes, We do :)
![]() |
Aku dan Andrea Hirata |
Terima kasih sudah terlibat dalam pembentukan mimpi-mimpi kami :)
Mantap. I know that feel when we answer right to the speaker's question.
ReplyDeleteBtw sekilas liat fotonya pertama2 kirain editan. Angle fotonya aneh.. haha
Terima kasih untuk komentarnya Pak Haji. Begitulah rasanya begitu menyenangkan haha
DeleteIya soalnya buru-buru banget itu :( Tapi sudah cukuplah :D
Rendah ya ternyara Andrea ... tulisannya yang yahud
ReplyDeleteTulisannya memang sangat menginspirasi :)
Delete